Selasa, 14 Juli 2015

PSIKOTERAPI

TERAPI BERMAIN (PLAY THERAPY)
Bermain digunakan sebagai terapi untuk anak-anak sebagai mana konseling digunakan sebagai terapi untuk orang-orang dewasa. Play therapy merupakan suatu teknik konseling yang diberikan orang dewasa kepada anak-anak dengan didasari oleh konsep bermain sebagai suatu cara komunikasi anak-anak dengan orang dewasa untuk mengungkapkan ekspresinya dan sifat alami, maka orang dewasa menggunakan pendekatan ini untuk mengintervensi atau mengajak dialog dengan mereka sehingga tercipta perasaan yang lebih baik dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah.
A.    Konsep Dasar Terapi Bermain
Landert (1991) menyatakan bahwa dalam Play therapy dikenal tiga pendekatan, yaitu
1.      Non-directive atau humanis
Pendekatan non-directive dipelopori oleh Williamson dengan karakteristik sebagai berikut: pendekatan langsung (therapist-centered approach), pendekatan untuk segera melakukan tindakan (action approach), dan lebih bersifat behavioristik. Terdapat beberapa langkah dalam pendekatan ini, yaitu:
·         Analisis     : Mengumpulkan data dan semua sumber secara autoanamnesa
(yang dikemukakan oleh klien sendiri) maupun alloanamnesa (yang dikemukakan oleh teman-teman, orang-orang disekitar klien).
·         Sintesis      : Menghubungkan dan merangkum data.
·         Diagnosis  : Mengidentifikasi masalah.
·         Prognosa   : Antisipasi apakah permasalahan dapat diselesaikan dengan
mudah.
·         Terapi        : Membantu menyelesaikan masalah klien.
·         Follow up : Tindak lanjut untuk mengevaluasi apakah yang diberikan
dalam terapi dilakukan oleh klien. Tahap ini perlu dilakukan terus-menerus.
2.      Directive (child centered play therapy)
Dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Child-centered play therapy lebih memfokuskan pada anak daripada masalah yang muncul. Meskipun seringkali terapis yang sedang melakukan diagnosis dan asesmen menjadi kehilangan cara pandang tetapi symptom/gejala dianggap tidak sepenting anak. Pendekatan ini dikembangkan berdasar asumsi bahwa:
a.       Orang yang datang pada terapis memiliki kemampuan untuk mengenali dirinya untuk mengubah konsep, sikap dasar dan tindakannya serta mengarahkan dirinya.
b.      Kemampuan ini dapat tergali, jika tercipta suasana yang mendukung.
c.       Klien diberi kesempatan untuk memimpin terapi dan memotivasi tanggungjawab atas penyelesaian masalahnya. Klien diminta membuat alternatif dan memutuskn penyelesaiannya.
d.      Klien bebas untuk mengekspresikan diri.
e.       Terapis menerima pengetahuan, menjelaskan dan mengulang secara obyektif pernyataan-pernyataan klien.
f.       Klien dibantu agar makin mengenal dirinya.
3.      Electric
Pendekatan ini merupakan gabungan dari pendekatan directif dan non directif, digunakan bila dalam terapi non directive anak kemudian diam tidak mau melanjutkan permainan, terapis dapat membantu dengan terapi directive. Terapis menggunakan cara yang dianggap tepat disesuaikan dengan kondisi klien dalam satu kegiatan terapi. Klien dapat mengikuti program terapis dengan rileks karena tidak ada paksaan, sehingga anak akan merasa membutuhkan terapis.
B.     Teknik-teknik terapi bermain
Terdapat banyak teknik yang dapat digunakan play therapy, diantaranya:
1.      Symbolic play techniques
Merupakan permainan yang secara simbolik memungkinkan anak untuk mengeluarkan kehidupan emosi mereka melalui permainan.
2.      Play techniques using natural media
Lauretta Bender, 1954 mengungkapkan bahwa play therapy dapat dilakukan pada anak dari semua Negara dengan menggunakan pasir, batu, daun palm, salju atau kristal es. Hal ini mengingat bahwa bahan-bahan alam memiliki arti/makna bagi anak dan memiliki nilai terapuetik.
3.      Drawing and art techniques
Menurut Shaw, 1938 melukis dengan tangan memiliki fungsi terapuetik dan memunculkan katarsis. Tahun 1946 Jacob Arlow dan Asja Kadis, melihat bahwa finger painting dapat memproyeksikan dan mengekspresikan fantasi dan asosiasi bebas.
4.      Storytelling, role playing, and imagery techniques
Mengeluarkan konflik di dalam diri, mengenalkan cara adaptasi yang lebih sehat, dengan bertujuan untuk memunculkan insight, menanamkan nilai-nilai dan keterampilan menyelesaikan masalah.
5.      Board games
Cocok bagi anak pada masa laten untuk mengembangkan achievement, kompetensi, menguasai lingkungan, dan self-esteem.
6.      Electronic techniques
Permainan elektronik dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah, mengendalikan agresi, meningkatkan kemampuan berpikir, kerjasama dan nilai-nilai interpersonal.
Contoh Kasus            :
Seorang murid TK (taman kanak-kanak) JIS (Jakarta International School) berinisial M menjadi korban pelecehan seksual karena disodomi dan mendapat tindak kekerasan dari sejumlah petugas kebersihan di sekolah itu. Kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, sodomi dan kekerasan siswa di sekolah JIS (Jakarta International School) ini terungkap saat ibunda bocah berusia 5 tahun itu mengaku kepada pers bahwa anak semata wayangnya itu pertama kali diketahui menunjukkan keanehan pada pertengahan bulan Maret lalu. Bagaimana kronologi kejadian pelecehan seksual siswa di sekolah JIS ini hingga bisa terungkap? "Waktu itu anak saya setiap mau berangkat sekolah pipisnya lama, bahkan dia sampai menekan-nekan penisnya," ujarnya, Senin, 14 April 2014. "Waktu saya tanya kenapa, dia bilang enggak mau pipis di sekolah." Sejak saat itu sang ibu terus menemukan gelagat aneh lain pada anaknya. "Dia pernah dua kali pulang ke rumah memakai baju pengganti dari sekolah. Waktu saya tanya kenapa, dia cuma bilang kehujanan." Namun belakangan dia tahu bahwa anaknya itu mengompol di sekolah. Kemudian dia memeriksa tubuh anaknya, lalu melihat luka lebam berdiameter empat sentimeter pada pinggang kanan anaknya. "Dia bilang lebam itu akibat kepentok meja." Setelah ditanya kenapa mengompol, putranya itu mengaku terpaksa menahan kencing akibat takut pergi ke toilet sekolah. "Anak saya diancam akan dipukul para pelaku kalau dia ngomong ke siapa-siapa." Satu hal yang mengherankan ibunya ialah pihak sekolah sama sekali tidak mengetahui kejadian ini. "Kepada kami, sekolah bilang tidak tahu apa-apa dan menyerahkan kasus ini ke polisi." Padahal, kata dia, di sekolah putranya masuk di kelas yang isinya 10-18 siswa. "Masak setiap dia ke WC gurunya tidak sadar kalau dia lama dan apakah gurunya tidak melihat tanda-tanda keanehan setelah anak saya dilecehkan?" Adapun kamera pengawas sekolah tidak terpasang di sekitar toilet, sehingga aktivitas di sekitar lokasi itu tidak terpantau. Ibunda korban semakin curiga karena sejak Februari lalu putranya menjadi sangat pendiam. Berat badannya pun turun drastis dari 30 menjadi 25 kilogram hanya dalam dua pekan. "Saya juga ngeh kalau anak saya memang sedikit pemurung." Pada 21 Maret 2014, sang ibunda kembali terkejut karena putranya lagi-lagi pulang ke rumah memakai baju cadangan dari sekolah. Waktu itu korban bahkan terlihat mengompol. "Saat itu dia bilang ke saya, Mami, tolong bilang ke teman Mami yang polisi, datang ke sekolahku karena ada bapak jahat di sekolah," ujarnya, menirukan ucapan anaknya. Dari sana, sang ibu semakin yakin ada yang salah dengan aktivitas anaknya di sekolah. Setelah mendekati putranya pelan-pelan, akhirnya dia berhasil mendapatkan cerita yang mengagetkan itu. "Tanggal 21 Maret malam, anak saya cerita kalau di sekolah dia kerap disiksa sejumlah orang yang dipanggilnya Bapak dan Mbak." Menurut dia, anaknya bercerita bahwa orang yang disebut Bapak itu beberapa kali memasukkan alat vitalnya ke pantat di kamar mandi sekolah. "Anak saya mengaku dipegangi seorang perempuan setiap kali pria yang disebut Bapak itu melakukan aksi bejatnya. Bahkan si perempuan juga memukuli dan menelanjangi anak saya." Salah satu cerita anaknya ialah peristiwa yang terjadi pada pertengahan Maret lalu. Anaknya mengatakan pernah dihukum seorang perempuan di dalam toilet. "Perempuan itu memukuli dan membuka celana anak saya, kemudian salah seorang pelaku pria menyuruh anak saya 'mengeluarkan semut' dari penis pria itu." Sang anak kemudian memeragakan gerakan hukuman itu. Kaget dan marah mendengar kisah anaknya, sang ibu langsung mendatangi pihak sekolah.
Untuk menyelesaikan pada contoh kasus di atas konselor bisa menggunakan terapi bermain atau Play theraphy yang lebih digemari oleh anak untuk mengatasi trauma yang dialami oleh anak tersebut, menurut Mashar (dalam penerbitan) banyak teknik yang dapat digunakan dalam Play theraphy, diantaranya Storytelling, role playing, and imagery technique yaitu mengeluarkan konflik didalam diri, mengenalkan cara adaptasi yang lebih sehat, dengan bertujuan untuk memunculkan insight, menanamkan nilai – nilai dan keterampilan menyelesaikan masalah.
Daftar Pustaka :
Mashar,R. Konseling Pada Anak Yang Mengalami Stress Pasca Trauma Bencana
Merapi Melalui Play Therapy.
Hartiningsih, N. (2013). Play Therapy Untuk Meningkatkan Konsentrasi Pada Anak
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal ilmiah psikologi terapan, Vol.01, No.02.
http://www.kompasiana.com/millatihusna/konseling-anak-sebuah-penanganan-terhadap-anak-korban-kekerasan-seksual_54f38c527455137f2b6c7b4c




Tidak ada komentar:

Posting Komentar